terimakasih

Selamat Datang Di Halaman Website Saya---Semoga Data Yang Ada Dapat Membantu Ada---Good Luck--------------Jika kamu cinta dia, biarkan dia menjadi dirinya sendiri, maka kamu tak akan kecewa ketika mereka tak seperti yang kamu inginkan.

Jumat, 29 November 2013

Makalah Wacana Prosedural

 

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, dan senantiasa mengharapkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Tak lupa Shalawat dan salam bagi junjungan Nabi Besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis masih diberi kesehatan dan umur sampai saat ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Wacana prosedural ”

Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan mungkin jauh dari sempurna seperti dalam pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” begitupun dengan makalah ini oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca, sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Demikian lah kami buat makalah ini untuk pegangan buat kita semua, Semoga Makalah ini bermanfaat  bagi kita semua.

                                                                        Palembang November 2013

                                                                                  

                                                                                     Penulis

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sebelum menulis wacana, seseorang harus menentukan tema, tujuan yang sesuai dengan bentuk wacana, dan menyusun kerangka karangan. Membuat kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang pemula. Agar penyusunan kerangka karangan menjadi acuan pembuatan karangan, calon penulis sebaiknya mengetahui langkah-langkah menyusun kerangka karangan. Kerangka karangan dapat di tulis dalam dua bentuk, yaitu kerangka kalimat dan kerangka topik.

Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kemana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana.

Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran daritema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema.

B. Rumusan masalah

1. apa pengertian wacana...?

2. ciri ciri wacana....?

3. macam macam wacana ..?

4. apa pengertian wacana prosedural....?

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Wacana

Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.

Setiap wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kemana-mana. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran daritema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema.

B.     Ciri-Ciri Wacana

  1. Setiap wacana perlu dikaji kaitan penutur dalam masyarakat secara amnya yang akan menentukan gaya wacana sama ada gaya formal atau tidak formal.
  2. Wacana harus ada tujuan yang menentukan sesuatu jenis ayat, perbuatan, jenis ayat yang terbentuk ialah ayat perintah.Begitu juga jika tujuan penutur adalah untuk mendapatkan maklumat, jadi ayat yang terbentuk ialah ayat tanya.
  3. Sesuatu wacana mesti berdasarkan kaitan antara penutur dengan pendengar dalam bahasa lisan dan penulis dengan pembaca dalam bahasa tulisan.
  4. Setiap wacana tidak boleh dimaksukkan maklumat yang bertentangan dengan maklumat yang terdapat dalam ayat sebelumnya.

C. Macam-macam wacana


1. Berdasarkan jenis wacana dapat ditinjau dari media yang digunakan atau tertulis tidaknya :
a. Wacana Lisan

wacana yang disampaikan dengan media lisan, secara lisan.
b. Wacana tulis
wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
2. Berdasarkan sifatnya
a. Wacana transaksional (jika yang dipentingkan isi komunikatif)
Contoh : Pidato, Ceramah, Makalah, Cerita, Tesis.
b. Wacana interaksional (jika merupakan komunikasi timbal balik )
Contoh : Percakapan, Debat, Diskusi, Surat-menyurat.
3. Berdasarkan langsung atau tidak langsungnya (Kridalaksana 1984 : 208)

a. Wacana langsung : Kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.
b. Wacana tidak langsung : Pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, bahwa.
4. Wacana prosa, puisi, dan drama

a. Wacana Prosa : Wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana prosa ini dapat tertulis atau lisan, langsung atau tidak langsung.
b. Wacana puisi : Wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi baik secra lisan maupun tulis.
c. Wacana Drama : Wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog tertulis maupun lisan. 

5. Dari segi Penutur (Jumlah Penutur)

a. Wacana monolog
Wacana yang melibatkan seorang penutur. Dalam wacana monolog hanya terdapat peran tunggal pada diri pelaksana wacana, yaitu peran penyapa (speaker) dan pesapa (addresse), tanpa ada pergantian dari peran satu ke yang lain.
Contoh : Pidato kenegaraan presiden, Pengumuman resmi pemerintah, dan Ceramah-ceramah tidak diikuti diskusi.
b. Wacana dialog
Wacana dialog melibatkan dua orang penutur, yang secara pergantian atau bergiliran bisa berperan ganda, yaitu sebagai penyapa dan sebagai pesapa.
c. Wacana polilog
Wacana yang melibatkan pelaku wacana lebih dari dua orang. Dalam wacana polilog ini juga terjadi pertukaran informasi karena setiap pelaku pada wacana ini memiliki peran ganda secara bergantian.

6. Berdasarkan cara pemaparannya


a. Wacana naratif

Rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan melalui penonjolan tokoh pelaku dengan maksud memperluaspengetahuan pesapa. Kekuatan wacan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara berceritayang diatur melalui plot.
b. Wacana prosedural
Rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara beruntun yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya.
c. Wacana hotatori
Tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan agar lebih meyakinkan. Sedangkan tokoh penting didalamnya adalah orang kedua (pesapa).
d. Wacana ekspositori
Rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian taua detailnya. Tujuan pokoknya adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu itu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas. Kadang-kadang wacana ini berbentuk ilustrasi, contoh, perbandingan, uraian secara kronologis.
e. Wacana deskripsi
Rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana deskripsi adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pesapa merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung.

D.  Wacana Prosedural

pengertian wacana prosedural

Wacana prosedural merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik  unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya. Wacana itu biasanya disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana mengerjakan sesuatu, misalnya membuat kue, mempersiapkan makanan, perawatan tanaman, merawat alat-alat rumah tangga yang memerlukan prosedur atau mengaktifkan komputer.

“Wacana prosedural digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil dengan baik.”

Contoh:

Cara membuat Martabak Manis

Bahan-bahan

250 gram tepung terigu; 375 cc santan, hangatkan sebentar; 150 gram gula pasir; 2 butir telur 1 sendok the gist/ragi instant; ¼ sendok the soda kue;50 gram kacang tanah (sangrai, kupas, cincang); 50 gram biji wijen, sangrai; 50 gram coklat/meisjes;50 cc susu kental manis.

Cara mengolah

1.    Masukkan ragi ke dalam santang hangat, aduk sampai larut dan berbusa, sisihkan.

2.    Campur tepung terigu dengan gula, buat lubang ditengahnya, lalu isi dengan telur.

3.    Aduk sambil dituangi larutan santan sampai rata dan gula larut.

4.    Masukkan soda kue, aduk kembali, biarkan sekitar 15 menit di tempat hangat.

5.    Panaskan penggorengan,olesi dengan margarine.

6.    Tang adonan, tunggu sampai naik.

7.    Sebelum permukaanya mongering, taburi dengan sebagian kacang tanah, wijen, gula pasir , coklat/meisjes, dan susu kental manis.

8.    Lipat menjadi dua, angkat.

9.    Sajikan hangat.

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Wacana banyak sekali ragam atau jenisnya. Pengelompokkannya antara lain berdasarkan tujuan, berdasarkan cara pemaparan, berdasarkan pelibat dan berdasarkan media. Berdasarkan tujuan wacana dapat dibagi menjadi wacana ekspresif, wacana referensial, wacana susastra dan wacana persuasive. Berdasarkan cara pemaparan wacana ini terdiri atas narasi, eksposisi, deskripsi, hortatory, dan procedural. Berdasarkan pelibat wacana dapat dibgai menjadi wacana dialog dan monolog, berdasarkan media ada wacana lisan dan tulisan.

Selain itu, wacana merupakan disiplin ilmu yang sudah banyak dibahas dan sedang berkembang pada masa ini. Wacana juga berkaitan erat dengan disiplin ilmu lain. Setelah dikaji lebih dalam mengenai jenis-jenis wacana ini dapat dilihat bahwa ilmu ini tidak hanya sebatas paragraf atau yang lebih besar. Bahkan wacana ini bisa berbentuk satu ujaran saja, hal ini terjadi karena wacana adalah satuan bahasa yang terikat konteks.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari makalah di atas dan simpulan, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Masyarakat yang mempelajari wacana harus benar-benar dalam mengkaji tentang wacana, sehingga terbuka segala ihwal yang berhubungan hal tersebut.

2. Setelah mempelajari wacana tersebut, diharapkan adanya aplikasi ataupun penelitian tentang wacana sehingga semakin tergambar jelas tentang wacana secara keseluruhan.

3. Pihak pemerintahan atau lembaga pendidikan hendaknya banyak menerbitkan atau mengeluarkan buku yang membahas tentang wacana, mengingat buku atau bahan tentang wacana masih sedikit dan sulit didapatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih atas partisipasi anda . dan salam sukses.>>>>